iklan

ESAI CERPEN DI BIBIR LAUT MERAH

Hasil gambar untuk cerpen di bibir laut merah
essai cerpen di bibir laut merah


awan mendung - Dalam dunia kesusastraan penyair sering dilukiskan sebagai orang kerasukan yang bicara secara tidak sadar tentang apa saja yang dirasakan dalam tingkatan sub dan supra dan supra-rasional (Hardjana, 1911 : 61). Dalam dunia fiksi kadang ada sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, karena memang dengan istilah seorang penyair menuangkan imajinasinya untuk diwujudkan dalam karya sastra.

Mungkin ini juga yang saya rasakan ketika membaca cerpen di bibir laut merah, cara penyampaian cerita dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, bercerita tentang tokoh Sulastri yang sedang berada di bibir laut merah, seorang TKW ilegal yang mirisnya keadaan seperti itu dijadikan lahan bagi sebagian orang, bahkan oknum aparat setempat pun ada dalam permainan tersebut.  Bercerita melalui pengimajian seorang tokoh yang mengalami konflik batin. Masa lalu yang kelam, kisah tentang suaminya yang tidak menghidupi istri dan anaknya yang malah menjadi  penjaga kuburan dan benda-benda pusaka. Kehadiran sosok Firaun dan sosok Musa yang hadir ketika tokoh Sulastri mengalami konflik batin karena teringat akan kejadian suaminya. Sungguh bingung ketika kita hanya sekedar membaca namun tidak memahami cerpen tersebut karena alur yang dibuat, dan cara tokoh menceritakan kejadian yang menimpanya dengan pengandaian-pengandaian yang sangat diluar masuk akal, inilah yang kemudian menjadikan cerpen ini sangat menarik. Disamping cara penyampaian cerita melalui konflik batin atau imajinasi tokoh sulastri sisi menarik yang saya dapat dari cerpen ini adalah tujuan pengarang yang terkesan tersirat namun sangat jelas ketika menggambarkan kondisi rakyat Indonesia yang bekerja di negeri orang, yang datang secara ilegal yang kemudian dijadikan lahan bisnis oleh sebagian orang, yang ternyata orang tersebut merupakan warga kenegaraan Indonesia juga.

Dari isi cerpen tersebut kita dapat melihat karya sastra juga dapat di jadikan kritikan atau penyampain pesan pada masyarakat, dan kebanyaakan karya satra ditujukan utuk para pemimpin-pemimpin bangsa. Kritikan tak harus dengan dengan kata-kata yang yang menentang atau kekerasan, tetapi penolakan juga bisa disampaikan dengan bahasa yang santun, indah, dan perlambangan. Mungkin ini pula yang dilakukan oleh pengarang, penggambaran nasib rakyat Indonesia yang bekerja di luar negeri melalui alur cerita dalam cerpen tersebut. Jawaban Musa yang jelas dan terang-terangan menggambarkan bagaimana penyebab kondisi sulastri seperti dengan sangat jelas menyindir dan mengkritik pemimpin negeri ini, pemaparan-pemaparan yang mungkin saja itu merupakan curahan perasaan pengarang yang miris melihat kondisi negeri ini.

Seorang pengarang tidak mempunyai jalan pintas. Dunia yang diciptakannya akan dikontraskan dengan kebanaran di bidang ilmu sosial. Fungsi utama sastrawan adalah membuat manusia melihat apa yang sehari-hari ada didalam kehidupan, dan membayangkan apa yang secara konseptual dan nyata sebenarnya sudah di ketahui.

Tema yang terkandung dalam cerpen tersebut merupakan kisah perjalan hidup seorang yang terpaksa menjadi TKW ilegal karena suaminya yang sudah tidak memperhatikan istri dan anaknya, serta konflik batin yang dialami oleh tokoh  Sulastri yang tergambar dalam imajinasinya dengan pemunculan sosok Firauan yang menghantui dirinya, mengejar dan ingin menangkapnya, yang kemudian dia bertemu dengan sosok Musa untuk minta pertolongan dan mengadukan semua nasibnya kepada Musa, namun Jawaban Musa jelas menerangkan bahwa penyebab keterpurukan Sulastri adalah akibat keserakahan dan keangkuhan penguasa negeri ini.

Post a Comment

0 Comments