iklan

Penelitian Sosiolinguistik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya sering terjadi. Ini terjadi dikarenakan di  daerah tersebut tidak terdapatnya lahan pekerjaan sedangkan sumber daya manusia yang produktif banyak, akibatnya berpindahlah sumber daya manusia yang produktif tersebut ke daerah yang mempunyai lahan pekerjaan yang luas.  Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya tetapi kedua daerah itu masih  memiliki bahasa daerah yang  sama hanya berbeda dialek saja  ini tentu tidak menjadi  masalah, yang menjadi masalah yaitu ketika perpindahan  penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya yang sudah berbeda bahasa daerahnya.

Menjadi masalah ketika penduduk yang sudah berpindah daerah ini tidak  lagi menggunakan bahasa daerahnya dan bisa saja ini menjadi indikasi dari punahnya bahasa daerah tersebut. Bahasa Indonesia yang kemudian dijadikan sebagai medium untuk berkomunikasi dengan penduduk asli di daerah barunya tersebut. Bahasa Indonesia digunakan dalam domain keindonesiaan, atau domain yang sifatnya nasional, seperti dalam pembicaraan antar suku, bahasa pengantar dalam pendidikan, dan dalam surat-menyurat dinas. 

Pergeseran bahasa kadang-kadang mengacu kepada kepunahan bahasa. Hal ini terjadi manakala masyarakat bergeser ke bahasa baru secara total sehingga bahasa terdahulu tidak dipakai lagi.  Pernyataan tersebut bukan berarti menjadikan bahasa Indonesia sebagai biang keladi dari punahnya bahasa daerah tersebut, bahasa Indonesia memang digunakan sebagai medium untuk berkomunikasi antar etnik yang berbeda. Yang lebih dimaksudkan dari pergeseran bahasa disini ialah ketika penduduk ini sudah secara total menggunakan bahasa Indonesia dan melupakan bahasa daerahnya.

Bahkan yang lebih fatal lagi apabila penduduk yang berpindah ini menggunakan bahasa daerah yang merupakan bahasa daerah di tempat barunya.. Mengutip dari pernyataan Sekretaris  Badan Bahasa  yaitu Yeyen Maryani, beliau mengatakan bahwa saat  ini sudah 700 bahasa daerah di Indonesia yang punah.   Dalam hal ini bahasa Jawa memang belum punah, namun ada penelitian yang mengatakan bahwa bahasa Jawa akan mengalami kepunahan dalam waktu tiga generasi mendatang. 

Punahnya bahasa atau eksisnya sebuah bahasa tidak terlepas dari sebuah sikap bahasa. Salah satu bahasa daerah yang paling banyak penggunanya/petuturnya adalah bahasa jawa.Meskipun begitu,  Penduduk yang tinggal di jawa tengah maupun jawa timur banyak yang berpindah ke Jakarta.  Alasan kepindahan mereka sudah dijelaskan di tulisan awal latar belakang ini, bahwa sumber daya  manusia yang produktif banyak tetapi lahan pekerjaan sedikit. Alhasil para sumber daya manusia ini berpindah mencari daerah yang menjanjikan dan mempunyai lahan pekerjaan yang luas.  Tidak bisa dipungkiri, Jakarta menjadi daya tarik untuk mencari penghidupan, salah satunya melalui sektor informal.  Meskipun begitu, tidak semua dari  mereka menetap dan tinggal di Jakarta. Ada sebagian dari mereka memilih untuk tinggal di sekitar penyangga Ibu kota, yaitu di Depok  atau Bekasi maupun Tangerang. Alasan mereka yaitu untuk menekan biaya hidup yang tinggi di kota Jakarta.  Terlepas dari apakah mereka tinggal di jakarta maupun tinggal atau bekerja  di daerah sekitar penyangga ibu kota, tetapi tetap saja wilayah-wilayah  itu sudah memiliki bahasa daerah yang berbeda.   

Untuk itulah peneliti ingin melakukan penelitian mengukur sikap bahasa etnik jawa yang berada di salah satu wilayah penyangga Ibu kota yaitu  di Tangerang, lebih tepatnya di komplek Astek RT 001/ RW 005, Lengkong Gudang Timur, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan. Dalam RT 001 terdapat 10 keluarga beretnik jawa, Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sebuah data tentang sikap bahasa etnik jawa terhadap bahasa daerahnya sendiri. Jikalau banyaknya data yang menunjukkan sikap bahasa yang  positif, ini bisa menjadi bahan refleksi bagi para penduduk yang lainnya-berlaku untuk semua etnik- yang sudah berpindah dari daerah aslinya ke suatu daerah yang sudah berbeda bahasa daerahnya untuk tetap  menunjukkan sikap positif terhadap bahasa daerahnya sendiri.

Namun jika nanti banyaknya data yang menunjukkan sikap bahasa yang  negatif, maka peneliti akan sedikit memberikan solusi-solusi terhadap sikap bahasa yang negatif dari para penduduk yang berpindah ini. Memang penelitian yang dilakukan hanya sebatas lingkup kecil yaitu dalam lingkup satu  RT (rukun tetangga), tetapi itu tetap tidak menutup niat peneliti untuk berupaya memberikan sebuah sumbangsih tentang kepedulian terhadap nasib bahasa daerah yang ada di Indonesia.

1.2 Rumusan Penelitian
1) Bagaimana sikap bahasa etnik Jawa di komplek Astek RT 001/005 Lengkong Gudang Timur  kecamatan Serpong kota Tangerang Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan sikap bahasa etnik Jawa di komplek Astek RT 001/005 Lengkong Gudang Timur  kecamatan Serpong kota Tangerang Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian
Mengetahui sikap bahasa etnik jawa di komplek Astek RT 001/005 Lengkong Gudang Timur kecamatan Serpong kota Tangerang Selatan.




BAB II
LANDASAN TEORI

Dalam bahasa Indonesia kata sikap dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri yang tegak, perilaku atau gerak-gerik dan perbuatan atau tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan (pendirian, keyakinan, atau pendapat) sebagai reaksi adanya suatu hal atau kejadian. Sikap bahasa menunjuk pada sikap mental dan sikap perilaku dalam berbahasa. Sikap bahasa dapat diamati antara lain melalui perilaku berbahasa atau perilaku bertutur.  Menurut Anderson sikap bahasa adalah tata keyakinan atau kognisi  yang relatif berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai objek bahasa, yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disenanginya. 

Secara sederhana bahwa sikap bahasa merupakan sikap seseorang terhadap suatu bahasa. Penilaiannya terhadap bahasa itu sendiri dan penggunaan dari bahasa itu dapat diperuntukkan untuk apa sehingga akan menimbulkan reaksi dari seseorang untuk memilih bahasa tersebut atau tidak, berdasarkan kesenangan  emosionalnya. Misalnya si A memilih menggunakan bahasa X, alasan A menggunakan bahasa X dikarenakan bahasa X dari kaidah ketatabahasaannya dan dari kaidah fonologinya lebih nyaman untuknya,selain itu bahasa X juga memiliki objek atau penggunaan yang bisa dipakai dimana saja. Berarti si A ini telah menunjukkan sikap bahasa yang positif terhadap bahasa X terlepas dari bahasa X tersebut merupakan bahasa asli nasional/ibunya (daerah).   Sikap bahasa negatif adalah sikap bahasa yang menunjukkan negatif terhadap suatu bahasa, sikap negatif tersebut ditunjukkan dengan sikap apatis terhadap bahasa tersebut.

Garvin dan Mathiot yang mempopulerkan tiga ciri  sikap bahasa. Ketiga ciri sikap bahasa yang dikemukakan Garvin dan Mathiot itu adalah (1) kesetiaan bahasa (language loyalty) yang mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya, dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh bahasa lain; (2) kebanggaan bahasa (language pride) yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat; (3) kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm) yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun; dan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu kegiatan menggunakan bahasa (language use). Ketiga ciri yang dikemukakan Garvin dan Mathiot di atas merupakan ciri-ciri sikap positif terhadap bahasa. Sebaliknya, kalau ketiga ciri sikap bahasa itu sudah menghilang atau melemah dari diri seseorang atau dari diri sekelompok orang anggota masyarakat tutur, maka berarti sikap negatif terhadap bahasa telah melanda diri orang atau kelompok orang itu.

Berangkat dari rumusan Garvin  dan Mathiot inilah peneliti ingin melakukan pengukuran sikap bahasa terhadap keluarga etnis jawa yang berada di komplek Astek RT 001/005 lengkong  gudang timur  kecamatan serpong kota tangerang selatan. Jika ciri-ciri sikap bahasa positif- berdasarkan rumusan Garvin dan Mathiot- nampak pada keluarga etnis jawa ini maka disimpulkan  keluarga etnis jawa tersebut  memiliki sikap bahasa yang positif terhadap bahasa daerahnya, namun jika ciri-ciri sikap bahasa yang positif tersebut tidak nampak, berarti sikap bahasa negatif telah muncul atau melanda keluarga etnis jawa ini.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sikap Bahasa Komplek Astek RT 001/ RW 005, Lengkong Gudang Timur, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan

Seperti sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, dalam RT 001 terdapat 10 keluarga beretnik jawa, dari sepuluh keluarga, delapan keluarga pindah karena bekerja di Jakarta, sedangkan dua keluarga lagi bekerja di kota Tangerang Selatan. Sepuluh keluarga inilah yang menjadi objek untuk diteliti sikap bahasanya.  Berikut hasil simpulan penelitian dari data wawancara dan kuesioner.

Keluarga Pertama
Latar belakang Responden 1 : responden 1 berasal dari daerah Yogyakarta, dan pindah pada tahun 1976 ke komp. Astek dengan alasan ekonomi. Intensitas pulang kampung responden 1 yang secara rutin hanya 1 tahun sekali hanya pada saat lebaran, namun terkadang responden 1 juga pulang jika ada keperluan atau acara di kampung halaman, jika dirata-ratakan intensitas pulang kampung responden 1 sekitar 2 kali dalam setahun.
Informan wawancara :  Kepala Keluarga
Informan Kuesioner  :   Anak

Hasil Wawancara :
1. Masih menggunakan bahasa Jawa dengan fasih di dalam  rumah. Beliau masih menggunakan bahasa Jawa karena istri masih dari suku Jawa dan anak-anak pun turut menggunakan karena mengenyam pendidikan di Jawa.
2. Beliau masih menggunakan  bahasa Jawa saat bersama teman-temannya yang berada di wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda- karena untuk mempererat kekeluargaan dan nyaman menggunakan bahasa Jawa
3. Beliau sudah mulai menyesuaikan  dengan penggunaan bahasa di daerah tempat ia tinggal. Motifnya hanya untuk menghargai orang asli di daerah situ dan untuk bisa lebih akrab. Penggunaan bahasanya pun hanya sebatas yang beliau ketahui, selebihnya menggunakan bahasa Indonesia.
4. Beliau menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Beliau menyukai bahasa Jawa.

Hasil Kuesioner :
1. Masih menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah.
2. Menggunakan bahasa Jawa ketika berinteraksi dengan teman satu daerah yang berada di wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Beliau sudah mulai menyesuaikan dengan penggunaan bahasa di daerah tempat ia tinggal. Motifnya hanya untuk menghargai orang asli di daerah situ dan untuk bisa lebih akrab. Penggunaan bahasanya pun hanya sebatas yang beliau ketahui, selebihnya menggunakan bahasa Indonesia.
4. Menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah ketatabahasaan daerahnya.
5. Lebih menyukai bahasa Jawa ketimbang bahasa daerah tempat Ia tinggal.

Simpulan : Keluarga pertama positif karena dari hasil kuesioner dan wawancara masih menunjukkan sikap kesetiaan bahasa. Ditinjau dari penggunaan bahasa Jawa, responden menggunakan bahasa Jawa di dalam ranah terkecil yaitu keluarga. Responden mengajarkan bahasa Jawa kepada anak-anaknya, sehingga mereka bisa menggunakan bahasa Jawa dan mengenyam pendidikan di Jawa ketika sudah lancar berbahasa Jawa. Responden juga menggunakan bahasa Jawa ketika bertemu dengan relasinya, dan masih menggunakan kaidah yang baik dan benar. Responden menggunakan bahasa di daerah tempat ia tinggal hanya untuk menghargainya.

Keluarga kedua
Latar belakang Responden 2 : responden 2 berasal dari daerah Magelang dan pindah pada tahun 1984 ke komp. Astek dengan alasan pekerjaan. Responden 2 pulang kampung hanya setahun sekali pada saat lebaran, namun tidak jauh berbeda dengan responden pertama, responden kedua juga terkadang pulang kampung jika ada keperluan atau acara keluarga di kampung halamannya.
Informan Wawancara  :  Istri kepala keluarga
Informan Kuesioner    :  Anak

Hasil wawancara :
1. Masih menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah, namun hanya sebatas beliau dengan suami . Anak-anaknya tidak pernah menggunakan bahasa Jawa, tetapi mereka terkadang mengerti apa yang dibicarakan oleh orangtuanya ketika orangtuanya berinteraksi dengan bahasa Jawa.
2. Beliau menggunakan bahasa Jawa ketika  bertemu dengan teman satu daerah dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Beliau tidak menggunakan bahasa daerah asli tempat beliau tinggal, tetapi beliau menggunakan bahasa Indonesia.
4. Beliau masih menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Beliau lebih menyukai bahasa Jawa.

Hasil kuesioner  :

1. Tidak menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah.
2. Tidak menggunakan bahasa Jawa ketika  berinteraksi dengan teman satu bahasa daerah dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Tidak menggunakan bahasa daerah asli tempat beliau tinggal (menggunakan bahasa Indonesia).
4. Tidak menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Lebih  menyukai bahasa Jawa daripada bahasa daerah asli tempat beliau tinggal.

Simpulan : Responden kedua negatif karena responden kedua ini hanya menggunakan bahasa Jawa suami dan istrinya saja, tanpa mengajarkam anak-anaknya. Hal tersebut menyebabkan tidak ada sikap untuk mewariskan bahasa Jawa. Serta responden kedua ini tidak menggunakan bahasa Jawa sesuai kaidah dengan baik dan benar.

Keluarga ketiga
Latar belakang Responden 3 : responden 3 berasal dari daerah Yogyakarta dan pindah pada tahun 1967 ke daerah Kalimantan dan pindah ke komp. Astek pada tahun 1978 dengan alasan pekerjaan. Karena responden 3 adalah anggota keluarga paling tua sehingga responden 3 jarang sekali pulang kampung meskipun lebaran, hanya sesekali saja jika ada keperluan mendesak.
Informan Wawancara : Kepala Keluarga
Informan Narasumber :  Anak

Hasil wawancara :
1. Di dalam rumahnya beliau  tidak menggunakan bahasa Jawa.
2. Beliau menggunakan bahasa Jawa saat bertemu dengan satu teman daerahnya, terkadang walau sama satu daerah saat lawan bicara menggunakan bahasa Indonesia, ia pun menggunakan bahasa Indonesia.
3. Beliau lebih menggunakan bahasa Indonesia saat berinteraksi dengan lingkungan di daerahnya.
4. Di dalam penggunaan bahasa Jawa, beliau masih taat dengan aturan atau norma yang berlaku di dalam bahasa daerahnya.
5. Beliau lebih mencintai bahasa  Indonesia daripada bahasa Jawa.

Hasil Kuesioner :
1. Tidak menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah.
2. Beliau menggunakan bahasa Jawa ketika  bertemu dengan teman satu daerah dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Beliau sudah mulai menyesuaikan  dengan penggunaan bahasa di daerah tempat ia tinggal. Motifnya hanya untuk menghargai orang asli di daerah situ dan untuk bisa lebih akrab. Penggunaan bahasanya pun hanya sebatas yang beliau ketahui, selebihnya menggunakan bahasa Indonesia.
4. Tidak menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Tidak menyukai bahasa Jawa.
Catatan : untuk jawaban no. 5 pada hasil kuesioner, peneliti tidak bisa mengambil simpulan, bahasa apa yang disukai oleh informan ini, apakah bahasa Indonesia lebih disukai atau bahasa daerah di tempat barunya, karena kolom alasan pada kuesioner tidak diisi.
Simpulan : Responden ketiga negatif karena beliau tidak menyukai bahasa Jawa itu sendiri. Responden tidak ada sikap kesetiaan, kebanggan, dan kesadaran dalam menyikapi bahasa Jawa.

Keluarga keempat
Latar belakang responden 4 : responden 4 berasal dari daerah Purbalingga dan pindah pada tahun 1980 ke daerah kalimantan dan baru pada tahun 2001 pindah ke komp. Astek. Tidak jauh berbeda dengan responden lainnya, responden 4 hanya pulang kampung setahun sekali pada saat lebaran.
Informan wawancara :  Kepala Keluarga
Informan kuesioner   :  Anak

Hasil wawancara :
1. Tidak menggunakan bahasa Jawa, dan beliau telah menggunakan bahasa Indonesia sejak merantau.
2. Dengan teman-teman satu daerah dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda,  beliau  menggunakan bahasa Indonesia.
3. Beliau menggunakan Bahasa Indonesia.
4. Beliau tidak menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Beliau lebih menyukai bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia telah dijadikan bahasa sehari-hari Beliau.

Hasil kuesioner  :

1. Tidak menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah.
2. Tidak menggunakan bahasa Jawa ketika berinteraksi dengan teman satu daerah dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Tidak menggunakan bahasa daerah asli tempat dimana ia tinggal (menggunakan bahasa Indonesia).
4. Tidak menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Tidak menyukai bahasa Jawa.

Simpulan : Responden keempat ini memiliki sikap negatif karena responden tidak menggunakan bahasa Jawa di dalam keseharian. Responden pun tidak menyukai dan tidak bisa menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah yang baik dan benar.

Keluarga kelima
Latar belakang responden 5 : responden 5 berasal dari daerah Yogyakarta dan pindah pada tahun 1975 ke komp. Astek dengan alasan pekerjaan. Responden 5 sudah tidak lagi pulang kampung dengan alasan usia yang sudah tua dan responden 5 juga merupakan anggota tertua dikeluarganya.
Informan wawancara : Kepala Keluarga
Informan kuesioner  :  Anak

Hasil wawancara :
1. Beliau masih menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah.
2. Beliau menggunakan bahasa Jawa ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Beliau tidak pernah menggunakan bahasa daerah asli dimana Beliau tinggal, Beliau menggunakan bahasa Indonesia.
4. Beliau masih menggunakan kaidah tata bahasa Jawa.
5. Beliau  menyukai bahasa Jawa.

Hasil kuesioner  :
1. Menggunakan bahasa jawa di dalam rumah.
2. Menggunakan bahasa jawa ketika bertemu dengan teman satu daerah dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Beliau sudah mulai menyesuaikan  dengan penggunaan bahasa di daerah tempat ia tinggal. Motifnya hanya untuk menghargai orang asli di daerah situ dan untuk bisa lebih akrab.
4. Menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Menyukai bahasa Jawa.

Simpulan : Responden kelima ini memiliki sikap bahasa yang positif karena di dalam rumah responden masih menggunakan bahasa Jawa. Responden pun menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah yang baik dan benar, dan juga responden menyukai bahasa Jawa.

Keluarga Keenam
Latar belakang responden 6 : responden 6 berasal dari daerah Pemalang dan pindah pada tahun 1984 ke komp. Astek dengan alasan pekerjaan. Responden 6 sudah tidak lagi pulang kampung karena saudaranya yang lain juga merantau sepertinya, selain itu orang tuanya juga sudah meninggal.
Informan wawancara  : Kepala Keluarga
Informan kuesioner    :  Istri

Hasil wawancara
1. Beliau masih menggunakan bahasa Jawa hanya dengan istrinya. Anak-anak Beliau mengerti tetapi tidak bisa berbicara bahasa Jawa.
2. Beliau menggunakan bahasa Jawa jika berbicara dengan teman-temannya yang berada di wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Beliau menggunakan bahasa Indonesia.
4. Beliau masih menggunakan tingkatan-tingkatan dalam berbahasa Jawa sesuai dengan lawan bicaranya.
5. Beliau menyukai bahasa Jawa.

Hasil kuesioner
1. Menggunakan bahasa  Jawa di dalam rumah.
2. Menggunakan bahasa Jawa ketika bertemu dengan teman-temannya yang berada di wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Tidak menggunakan bahasa daerah tempat dimana beliau tinggal ketika berinteraksi dengan penduduk asli daerah tersebut (menggunakan bahasa Indonesia).
4. Menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Menyukai bahasa Jawa.

Simpulan : Responden keenam memiliki sikap bahasa yang negatif karena responden masih menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah, tetapi responden tidak mengajarkan bahasa Jawa kepada anak-anaknya.

Keluarga ketujuh
Latar belakang responden 7 : responden 7 berasal dari daerah Surabaya dan pindah pada tahun 1984 dengan alasan ekonomi. Responden 7 rutin pulang kampung setahun sekali saat lebaran, namun tidak jarang responden 7 pulang kampung jika ada acara dan sekedar ingin menengok orang tua, jika dirata-ratakan intensitas pulang kampung responden 7 sebanyak tiga kali dalam setahun.
Informan wawancara : Kepala Keluarga
Informan kuesioner  :  Istri

Hasil wawancara :
1. Di dalam rumah, Beliau tidak pernah menggunakan bahasa Jawa.
2. Menggunakan bahasa Jawa ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Menggunakan bahasa Indonesia.
4. Menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Beliau lebih menyukai bahasa Indonesia.

Hasil kuesioner  :
1. Tidak menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah.
2. Menggunakan bahasa Jawa ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia.
4. Menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Tidak menyukai bahasa Jawa, lebih menyukai bahasa Indonesia.

Simpulan : Responden ketujuh memiliki sikap bahasa yang negatif karena responden tidak menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah. Dan responden lebih menyukai bahasa Indonesia dibandingkan bahasa Jawa.

Keluarga kedelapan
Latar belakang responden 8 : responden 8 berasal dari daerah Cilacap dan pindah pada tahun 1985 ke komp. Astek dengan alasan pekerjaan. Responden 8 secara rutin pulang kampung setahun sekali saat lebaran, tapi tidak jauh berbeda dengan responden yang lainnya, responden 8 juga pulang kampung jika ada acara keluarga di daerahnya.
Informan wawancara : Kepala Keluarga
Informan kuesioner :   Istri

Hasil wawancara :
1. Menggunakan bahasa Indonesia di dalam rumah.
2. Beliau menggunakan bahasa Indonesia ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Beliau Menggunakan bahasa Indonesia.
4. Beliau tidak bisa menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Beliau lebih menyukai bahasa Indonesia.

Hasil kuesioner  :
1. Menggunakan bahasa Jawa  di dalam rumah.
2. Menggunakan bahasa daerah ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Menggunakan bahasa daerah yang merupakan bahasa daerah tempat beliau tinggal.
4. Tidak menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
5. Tidak menyukai bahasa Jawa.
Catatan : Ada kejanggalan dalam pernyataan kuesioner dan juga bertolak belakang dengan hasil wawancara. Dalam hasil wawancara sang suami (kepala keluarga) mengatakan bahwa beliau menggunakan bahasa Indonesia di dalam rumah. Pernyataan suami ini konsisten dari jawaban-jawaban yang beliau kemukakan. Bahwa beliau menggunakan bahasa Indonesia ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda, beliau pun menggunakan bahasa Indonesia ketika berinteraksi dengan penduduk asli daerah tempat tinggalnya, hingga ditutup dengan pernyataan bahwa beliau  lebih menyukai bahasa Indonesia. Untuk itu data kuesioner dianggap tidak sah, karena peneliti kesulitan untuk menganalisa lebih  lanjut dan objektif karena kolom alasan tidak diisi.

Simpulan : Responden kedelapan memiliki sikap bahasa yang negatif karena menggunakan bahasa Indonesia di dalam rumahnya dibandingkan bahasa Jawa. Responden pun tidak menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar, dan responden lebih menyukai bahasa Indonesia.

Keluarga kesembilan
Latar belakang responden : responden 9 berasal dari daerah Yogyakarta dan pindah pada tahun 1990 ke Jakarta dan baru pada tahun 2002 pindah ke komp. Astek dengan alasan pekerjaan. Responden 9 walaupun tidak setahun sekali pulang kampung, responden 9 masih pulang kampung dengan alasan yang tidak pasti, hanya terkadang jika ada acara keluarga yang mendesak yang mebuat keluarga sembilan pulang kampung, saat lebaran pun belum tentu responden 9 pulang kampung, jika dirata-ratakan intensitas pulang kampung responden 9 hanya dua tahun sekali.
Informan wawancara :  Kepala Keluarga
Informan  kuesioner  :  Anak

Hasil wawancara :
1. Beliau menggunakan bahasa  Jawa di dalam rumah, penggunaanya hanya dengan istrinya. Anak-anaknya tidak bisa menggunakan bahasa Jawa (bahasa Jawa pasif).
2. Beliau menggunakan bahasa Jawa ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda-.
3. Beliau sudah mulai menyesuaikan  dengan penggunaan bahasa di daerah tempat ia tinggal. Motifnya hanya untuk menghargai orang asli di daerah situ dan untuk bisa lebih akrab. Penggunaan bahasanya pun hanya sebatas yang beliau ketahui, selebihnya menggunakan bahasa Indonesia.
4. Beliau menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah ketatabahasaan bahasa Jawa.
5. Beliau menyukai bahasa Jawa.

Hasil kuesioner  :
1. Tidak menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah.
2. Tidak menggunakan bahasa Jawa ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Menggunakan bahasa daerah  yang merupakan bahasa daerah tempat beliau tinggal.
4. Menggunakan bahasa daerah dengan baik dan benar.
5. Lebih menyukai bahasa Jawa.
Catatan :  Ada ketidak objektifan data yang terjadi.  Dalam wawancara ayahnya (kepala keluarga) mengatakan bahwa anaknya tidak bisa berbahasa Jawa, tetapi dalam kuesioner anaknya mengisi bahwa ia bisa menggunakan bahasa daerah dengan baik dan benar (sesuai dengan kaidah).  Untuk itu peneliti lebih  mengambil simpulan bahwa anaknya tersebut tidak bisa menggunakan bahasa daerah dengan baik dan benar. Pertimbangannya adalah kalau sang anak tersebut bisa menggunakan bahasa jawa dengan baik dan benar, kenapa sang anak tersebut  tidak menggunakannya dalam rumah. Untuk itulah diambil simpulan seperti itu.

Simpulan: Responden kesembilan memiliki sikap bahasa yang negatif karena responden menggunakan bahasa Jawa hanya dengan istrinya saja, dan tanpa mengajari anak-anaknya.

Keluarga kesepuluh
Latar belakang responden : responden 10 berasal dari daerah Ponorogo dan pindah pada tahun 1985 ke Jakarta dan pada tahun 1998 pindah ke komp. Astek dengan alasan ekonomi. Responden 10 rutin  pulang kampung pada saat lebaran dan sesekali pulang kampung jika ada acara dan pada saat liburan sekolah, jika dirata-rata responden 10 pulang kampung sebanyak 3 kali dalam setahun.                 
Informan wawancara : Kepala Keluarga
Informan kuesioner    : Istri

Hasil wawancara :
1. Beliau menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah.  Penggunaan bahasa Jawa beliau terapkan dan ajarkan juga kepada anak-anaknya yang masih kecil untuk terbiasa menggunakan berinteraksi dengan bahasa Jawa.
2. Beliau menggunakan bahasa Jawa ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Beliau sudah mulai menyesuaikan  dengan penggunaan bahasa di daerah tempat ia tinggal. Motifnya hanya untuk menghargai orang asli di daerah situ dan untuk bisa lebih akrab. Penggunaan bahasanya pun hanya sebatas yang beliau ketahui, selebihnya menggunakan bahasa Indonesia.
4. Beliau masih menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah.
5. Beliau lebih menyukai bahasa Jawa.

Hasil kuesioner  :
1. Menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah.
2. Beliau menggunakan bahasa Jawa ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat beliau tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda.
3. Beliau sudah mulai menyesuaikan  dengan penggunaan bahasa di daerah tempat ia tinggal. Motifnya hanya untuk menghargai orang asli di daerah situ dan untuk bisa lebih akrab. Penggunaan bahasanya pun hanya sebatas yang beliau ketahui, selebihnya menggunakan bahasa Indonesia.
4. Menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah ketatabahasaan bahasa Jawa.
5. Lebih menyukai bahasa Jawa.

Simpulan : Responden kesepuluh memiliki sikap bahasa yang negatif karena mulai dari kesetiaan bahasanya menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah dan memiliki kesadaran dalam menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar. Serta mengajarkan bahasa Jawa kepada anak-anaknya.

Dari hasil penelitian di atas maka hanya ada tiga keluarga yang memiliki sikap bahasa yang positif. Ketiga keluarga tersebut adalah keluarga pertama, keluarga kelima, keluarga kesepuluh. Mulai dari kesetiaan bahasanya menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah, kesetiaan bahasa dan kebanggaan bahasa menggunakan bahasa daerah ketika bertemu dengan teman sedaerah  dalam lingkup wilayah komplek tempat Responden tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda-, masih digunakannya kaidah ketatabahasaan bahasa Jawa dan ditutupi dengan pernyataan bahwa lebih mencintai bahasa Jawa daripada bahasa daerah di tempat tinggalnya. Kalaupun pada keluarga pertama dan keluarga kesepuluh menggunakan bahasa daerah tempat tinggalnya ketika berinteraksi dengan penduduk asli itu tidak menjadi alasan untuk mematahkan atau menganulir pernyataan sikap bahasa positif  untuk mereka. Kedua keluarga itu pun sudah mengatakan bahwa penggunaan bahasa daerah tempat tinggalnya mereka gunakan hanya untuk menghargai penduduk asli dan mencoba agar lebih akrab saja,tidak ada tendensi mereka menyukai bahasa daerah tersebut.  Karena ditutup oleh pernyataan/jawaban dari mereka bahwa mereka lebih menyukai bahasa Jawa daripada bahasa daerah tempat tinggalnya.

Untuk keluarga kedua, keenam, dan kesembilan peneliti anggap memiliki sikap bahasa negatif.  Peneliti beralasan bahwa meskipun kepala keluarga dan istrinya menggunakan bahasa Jawa baik dalam rumah, berinteraksi dengan teman satu daerah dengan bahasa Jawa, dan mencintai bahasa Jawa namun kenapa bahasa Jawa tersebut tidak diajarkan kepada anak-anak mereka. Secara rasional, ketika mereka sudah tiada maka tidak akan ada lagi yang menggunakan bahasa Jawa dalam keluarganya, maka putuslah sudah atau berkurangnya sudah penutur bahasa Jawa. Kalau keluarga-keluarga tersebut benar-benar memiliki rasa kesetiaan bahasa yang tinggi, kebangaan bahasa yang tinggi, maka bahasa Jawa tidak akan dibiarkan oleh keluarga-keluarga ini untuk hilang eksistensinya.  Pakar Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang yaitu Trias Yusuf mengatakan bahwa  orangtua lebih banyak mendidik anak mereka berbahasa Indonesia atau mempelajari bahasa asing daripada mengajarkan anak berkomunikasi dengan berbahasa Jawa. 

Bisa dilihat pada kasus keluarga kedua, sang anak sebenarnya mencintai bahasa Jawa, namun sang anak tersebut tidak bisa menggunakan bahasa Jawa hanya mengerti saja beberapa kosakata ketika orangtuanya berinteraksi dengan bahasa Jawa. Pengertian kosakata-kosakata yang didapatkannya mungkin karena keterbiasaan dan kata diucapkan kemudian berkorelasi dengan tindakan maupun konteks situasi sehingga anaknya tersebut dapat memahami makna dari kata tersebut.  Namun orangtua tidak bisa disalahkan seratus persen, bisa saja memang bahasa Jawa diajarkan kepada anaknya, tetapi sang anak memang  sudah memiliki sikap bahasa negatif terhadap bahasa Ibunya. Sebuah  penelitian mengatakan bahwa Biasanya, generasi muda akan belajar suatu bahasa ‘tua’ dari orang tua mereka sebagai bahasa ibu, namun ketika usia muda mereka cenderung beralih ke bahasa lain yang lebih modis dan berguna secara sosial di sekolah. 

Tapi dalam kasus keluarga-keluarga diatas peneliti simpulkan yang salah adalah orangtua. Orangtua tidak mencoba mengajarkan anak-anaknya bahasa Jawa sedari dini. Simpulan itu bisa didapatkan penulis dari  keterangan-keterangan tambahan yang menguatkan. Keluarga kedua pindah dari Jawa tahun 1979 dan kepala keluarga maupun istri belum punya anak ketika itu. Sama halnya dengan keluarga keenam yang pindah dari Jawa pada tahun 1986, keluarga kesembilan pindah dari Jawa pada tahun 1979 dan  kedua keluarga tersebut belum memiliki anak. Lantas timbul dalam benak peneliti, kenapa tidak mencoba untuk mengajarkan bahasa Jawa kepada anak-anaknya. Terlepas dari apakah nanti sang anak tersebut  ketika remaja memiliki sikap negatif terhadap bahasa Jawa, yang  jelas orangtua sudah mengajarkan dan memperkenalkan bahasa Ibunya atau bahasa daerahnya atau bahasa nenek moyangnya.  Misalkan ketika nanti memang pada usia remaja sang anak tersebut mulai menunjukkan sikap bahasa yang negatif terhadap bahasa Jawa, orangtua hanya tinggal menyiapkan atau membuat rencana-rencana atau langkah-langkah bagaimana menghilangkan sikap negatif terhadap bahasa Jawa yang melanda anaknya, ini adalah langkah yang dibilang mudah, karena sang anak pada intinya sudah tahu dan bisa menggunakan bahasa Jawa.

Untuk keluarga  selanjutnya yaitu keluarga ketiga, keempat, ketujuh, dan kedelapan  juga memiliki sikap bahasa yang negatif terhadap bahasa Jawa. Keluarga keempat dan kedelapan sudah sangat jelas memiliki sikap bahasa yang negatif terhadap bahasa Jawa. Sedangkan untuk keluarga ketiga dan keluarga ketujuh meski masih menggunakan bahasa Jawa saat bertemu dengan satu teman daerahnya  dan menggunakan kaidah ketatabahasaan Jawa  namun itu tetap saja tidak menjadi semacam suatu ajuan banding untuk mengubah pernyataan sikap bahasa negatif.  Peneliti menjustifikasi sikap bahasa negatif karena pernyataan keluarga ketiga  dan keluarga ketujuh  yang mengatakan bahwa lebih menyukai bahasa Indonesia.

Solusi-solusi yang bisa diberikan oleh peneliti mengutip dari pernyataan Peneliti senior Pusat Penelitian Masyarakat dan Kebudayaan LIPI Muhammad Hisyam yaitu pertama memberikan kesadaran pada segenap masyarakat bahwa bahasa etnik adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dan yang kedua mengajak masyarakat menggunakan bahasa Ibu kembali.

Sedikit solusi yang datang dari peneliti bahwa ketika ada individu-individu yang sudah memiliki sikap bahasa yang positif terhadap bahasa daerahnya, maka individu-individu ini harus tergerak dan bergerak untuk mensosialisasikan, menyadarkan, dan mendorong teman-teman satu daerahnya untuk mempunyai atau memiliki sikap bahasa yang positif terhadap bahasa daerahnya. Tunjukkan dampak atau akibat dari sikap bahasa yang negatif,bahwa bahasa daerah yang sudah tidak ada penuturnya karena memiliki sikap apatis atau sikap bahasa yang negatif maka bahasa tersebut akan punah, maka jangan menyesal jika sudah tidak mempunyai bahasa nenek moyang lagi yang selayaknya dibanggakan.




BAB IV
PENUTUP

4.1  Simpulan

Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya tetapi kedua daerah itu masih  memiliki bahasa daerah yang  sama hanya berbeda dialek saja  ini tentu tidak menjadi  masalah, yang menjadi masalah yaitu ketika perpindahan  penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya yang sudah berbeda bahasa daerahnya. Menjadi masalah ketika penduduk yang sudah berpindah daerah ini tidak  lagi menggunakan bahasa daerahnya dan bisa saja ini menjadi indikasi dari punahnya bahasa daerah tersebut.

Dari sepuluh keluarga yang kita teliti maka hanya ada tiga keluarga yang memiliki sikap bahasa yang positif. Ketiga keluarga tersebut adalah keluarga pertama, keluarga kelima, keluarga kesepuluh. Mulai dari kesetiaan bahasanya menggunakan bahasa Jawa di dalam rumah, kesetiaan bahasa dan kebanggaan bahasa menggunakan bahasa daerah ketika bertemu dengan teman sedaerah dalam lingkup wilayah komplek tempat Responden tinggal maupun lingkup wilayah lebih luas- daerah yang bukan daerah aslinya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda-, masih digunakannya kaidah ketatabahasaan bahasa Jawa dan ditutupi dengan pernyataan bahwa lebih mencintai bahasa Jawa daripada bahasa daerah di tempat tinggalnya.

Kalaupun pada keluarga pertama dan keluarga kesepuluh menggunakan bahasa daerah tempat tinggalnya ketika berinteraksi dengan penduduk asli itu tidak menjadi alasan untuk mematahkan atau menganulir pernyataan sikap bahasa positif  untuk mereka. Kedua keluarga itu pun sudah mengatakan bahwa penggunaan bahasa daerah tempat tinggalnya mereka gunakan hanya untuk menghargai penduduk asli dan mencoba agar lebih akrab saja,tidak ada tendensi mereka menyukai bahasa daerah tersebut.  Karena ditutup oleh pernyataan/jawaban dari mereka bahwa mereka lebih menyukai bahasa Jawa daripada bahasa daerah tempat tinggalnya.


DAFTAR PUSTAKA

Aslina dan Dra. Leni Syafyahya, M.Hum.  Pengantar Sosiolingustik. (Bandung: PT.Refika Aditama, 2007)

Burhani, Rusan. Penggunaan Bahasa Jawa Semakin Mudar, www.antaranews.com, diunduh pada tanggal 11 Mei 2013 pukul 17.12 WIB

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. Sosiolinguistik Pengenalan Awal. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995)

Fajrian, Dewi. Ini Cara Menyelamatkan Bahasa Etnik dari Kepunahan, www. Republika.co.id, diunduh pada tanggal 11 Mei pukul 17.15 WIB

Iwan Indrawan Jendra, Made. Sociolinguistics The Study of Societies’ Languages. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) hlm. 106

Jean, Aitchison.. 2006. Language Change (Progres or Decay ?). Cambridge UK: Cambridge University Press

Kurniawan, Hendy. Bahasa Jawa Diprediksi Punah Tiga Generasi Lagi, www.tribunjogja.com, diunduh pada 11  Mei 2013 pukul 17.10

Manning, Chris dan Tadjuddin Noer Effendi. Urbanisasi,Pengangguran, Dan Sektor Informal Di Kota, (Jakarta :  PT Gramedia,1985)

Panggabean, Maruli. Bahasa Pengaruh dan Peranannya, (Jakarta : PT Gramedia, 1981)

Sumarsono, Sosiolinguistik.,(Yogyakata:Pustaka Pelajar,2012)

Yunus, Muhammad. 700  Bahasa Daerah Punah, www.tempo.co.id, diunduh pada 11 Mei 2013 pukul 17.00




Post a Comment

0 Comments